MINYAK HERBA SINERGI

SILAKAN ORDER DISINI, SMS/WA: 085299919313

Health Coffee untuk kesehatan dan stamina

SILAKAN ORDER DISINI, SMS/WA: 085299919313

Kopi 7 elemen, paduan dan racikan yang nyaris sempurna

SILAKAN ORDER DISINI, SMS/WA: 085299919313

Peluang usaha super sampingan, modal mulai Rp. 10 ribu

SILAKAN ORDER DISINI, SMS/WA: 085299919313

This is default featured slide 5 title

SILAKAN ORDER DISINI, SMS/WA: 085299919313

Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan

29 November 2022

PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM TRANSFORMASI KESEHATAN MENUJU SDGs 2030

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) merupakan agenda global tahun 2030 yang merupakan kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan Kesetaraan, secara Universal, Integrasi serta Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal (No One Left Behind).

Foto Screenshoot artikel

SDGs merupakan kelanjutan Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh Negara anggota PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015. MDGs mencakup 8 Tujuan, 21 Sasaran, dan 60 Indikator. Sedangkan SDGs mencakup 17 Tuhuan dan 169 Sasaran yang tidak dapat dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai kehidupan manusia yang lebih baik, dengan 5 prinsip dasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, social, dan lingkungan, yaitu 1) Manusia (People), 2) Bumi (Planet), 3) Kemakmuran (Property), Perdamaian (Peace), %) Kerjasama (Partnertship).

Indonesia sendiri segera memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Di masa itu, jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan penduduk non produktif. Pemerintah tentu saja telah melakukan ragam upaya untuk menyiapkan bonus demografi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan berkarakter.

Menanggapi hal tersebut pemerintah Indonesia untuk bidang kesehatan melalui Kementrian Kesehatan menginisiasi Enam pilar Transformasi Kesehatan yang merupakan upaya perbaikan system kesehatan, untuk mengatasi ketimpangan kesehatan, baik di dalam negeri, maupun ketimpangan kesehatan antar Negara. Enam pilar yang dimaksud terdiri dari:

Transformasi Layanan Primer lebih menekankan upaya promotif dan preventif. Hal ini bertujuan untuk memberikan edukasi terkait pencegahan terjadinya penyakit, dan juga meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM kesehatan pada layanan primer.

Transformasi Layanan Rujukan. Transformasi kedua ini focus pada peningkatan akses dan pemerataan layanan kesehatan yang merata di semua wilayah di Indonesia.

Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan. Tranformasi ini meliputi upaya peningkatan ketahanan penanggulangan medis dan penguatan resiliensi di masa krisis kesehatan.

Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan. Transformasi ini dilakukan dengan mengembangkan regulasi pembiayaan kesehatan dengan tujuan membangun pemerataan, kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat, dan keberlanjutan alokasi pembiayaan.

Transformasi SDN Kesehatan. Kementrian Kesehatan melakukan peningkatan kualitas SDM Kesehatan agar siap menghadapi berbagai jenis penyakit yang akan datang.

Transformasi Teknologi Kesehatan. Dalam konteks ini, Kemenkes selalu mendorong perkembangan teknologi dan digitalisasi di sector kesehatan.

Pengalaman Indonesia dalam percepatan penangan pandemic mendapat perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mana angka positivity rate Covid-19 di Indonesia saat ini berada di bawah 5 persen. Keberhasilan penurunan kasus Covid-19 di Indonesia karena kerjasama seluruh elemen bangsa, termasuk dari masyarakat yang mau bekerjasama terhadap setiap kebijakan pemerintah mengenai penanganan Covid-19 tak terkecuali tenaga kesehatan secara khusus ahli Epidemiologi dalam memberikan masukan kepada pemerintah yang ditindaklanjuti dengan kebijakan.

Epidemiologi menurut Meriam-Webter Dictionary: a branch of medical science that deals with the incidence, distribution, and control of disease in a population. Epidemiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan kejadian, distribusi, dan pengendalian penyakit dalam suatu popolasi.

Permasalahan kesehatan memerlukan upaya pengendalian yang memadai dan komprehensif. Upaya tersebut perlu di dukung dengan penyediaan data dan informasi yang tepat dan akurat secara sistematis dan terus menerus melalui system surveilans yang baik.

Surveilans adalah suatu kegiatan yang sistematis dan terus menerus, terdiri dari proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data. Serta penyebarluasan informasi kepada unit yang membutuhkan untuk pengambilan tindakan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Surveylens yang baik berimplikasi pada penyediaan informasi nyata tentang kondisi penularan di masyarakat yang berguna pada pengambilan keputusan.

Akhirnya pada konteks ini seorang Epidemiologi harus mampu mengambil peran strategis dalam menjalankan perannya menyongsong SDGs yang pada saat bersamaan puncak bonus demografi terjadi serta menyukseskan transformasi kesehatan untuk terus meningkatkan sumber daya manusia kesehatan dengan memanfaatkan Transformasi teknologi kesehatan dalam melakukan pengawasan secara real-time data epidemiologi untuk memantau perilaku masyarakat dalam upaya mencegah penyakit menular maupun tidak menular dan memberikan intervensi yang cepat menuju masyarakat Indonesia Sehat.

Terakhir, kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang Epidemiologi adalah tidak hanya terbatas kepada pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi kepada unit yang membutuhkan untuk pengambilan tindakan namun lebih dari itu identifikasi dan prediksi berbasis data di era digital semakin diperkuat untuk untuk memberikan informasi akurat di situasi yang terus berubah, serta diharapkan dapat memastikan hasil interpretasi mampu mempengaruhi kebijakan kea rah yang lebih baik.

7opinion:
Artikel ini dicopas dari Media Tribun BONE, pada rubrik Tribun OPINI halaman 6, yang terbit pada Senin, 28 November 2022, dengan judul: "PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM TRANSFORMASI  KESEHATAN MENUJU SDGS 2030" oleh SYAFRUDDIN (Mahasiswa Pasca Sarjana FKM UNHAS Makassar)

Share:

01 Mei 2022

Ibnu Al Haytham, Sang penemu prinsip optik kamera

 Tahukah Anda, prinsip optik kamera telah ditemukan ribuan tahun lalu oleh seorang ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haytham. Al-Haytham lahir di Basra, yang kini merupakan wilayah Irak, pada 965 M. Dia wafat di Kairo, Mesir, pada 1039.


Semasa hidupnya, al-Haytham dikenal sebagai peneliti yang disegani. Hasil karyanya mencapai lebih dari 200 tulisan ilmiah di bidang matematika, astronomi, kedokteran, dan kimia. Meski dikenal multiintelektual, dia menaruh perhatian lebih pada bidang ilmu fisika dan optik.

Salah satu karya besar al-Haytham, antara lain, pada penemuan prinsip lensa cembung dan cekung. Bahkan, inspirasi ini mendahului temuan serupa oleh ilmuwan Isaac Newton (1642-1727). Karya fenomenal al-Haytham lainnya adalah kamera obscura. Temuan ini menjadi cikal bakal pembuatan kamera fotografi masa kini.

Penemuan yang digarap bersama sahabatnya, Kamaluddin al-Farisi, ini berawal ketika mereka mempelajari gerhana matahari. Saat itu, al-Haytham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari seminyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai kamar gelap. Al-Haytham mengabadikan pemikiran-pemikirannya dalam bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku Optik).

Setelah penemuan fenomenal al-Haytham ini, dunia Barat mulai terinspirasi untuk membuat hal serupa. Cardano Geronimo (1501 -1576) misalnya, mengganti lubang bidik lensa dengan lensa (kamera). Kemudian, Joseph Kepler (1571-1630) berupaya me ningkatkan fungsi kamera dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar.

Setelah 900 tahun sejak penemuan al-Haytham, pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama kali diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.

Lalu pada 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Haytham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.

Share:
YUK JUALAN
PULSA DAN KUOTA DATA
INTERNET ALL OPERATOR
TOKEN LISTRIK + PPOB LAINNYA

JOIN FREE:
KETIK SMS/WA:
JPK#NAMA#NOMOR HP/WA#KOTA ANDA

KIRIM KE 085 656 245 411

Met HBD ke 64 Kabupaten Bulukumba